Cerpen Karya Dewi Sartika Simanungkalit
TANGISAN IBUKU
Setiap
hari aku selalu merasa kesepian tak ada yang menemani. Hanya Ibu dan teman ku Lusy
yang menemaniku kemana pun aku pergi.
Karena penyakit yang menimpaku, aku jadi merasa tidak gembira. Hingga suatu
saat aku diajak lusy pergi jalan-jalan
ibu perpikir tujuh keliling, apakah dia mau menemani ku kemanapun, Sambil
menangis ibu memperbolehkan aku pergi . Hari hampir sore ibu menunggu ku sampai
aku pulang, tapi tak kunjung pulang. Ibuku menangis, ibu berpikir mungkin ada
sesuatu yang terjadi. Sudah hampir malam, aku pun pulang sendirian dan ibuku
menanyakan dimana lusy dan aku menjawab kalau dia pulang duluan. Ibu pun heran
dan sambil menangis . Hingga esok tiba aku dikamar sampai sore dan tak keluar rumah.
Waktu ibu memasak aku merasa tak nyaman karena jarang keluar rumah. Aku pun
pergi tanpa sepengetahuan ibu sebelum pergi, aku duduk didepan rumah lalu aku
mendengar ibu memanggil ku untuk makan “Maria… maria, kamu dimana nak ayo makan
ibu mau pergi nih kerumah tetangga sebelah, maria”. (ibu salalu memanggilku)
“kalau begitu kamu dirumah ya ibu mau pergi”. Karena ibu tidak mendengar suara
ku, ibu pun datang ke kamar ku padahal aku sudah diluar. Ibu mencari-cari ku
dan ibu pun menangis, Ibu sangat sayang padaku. Lalu aku pergi ke gereja. Setiba
digereja aku berjumpa dengan anak muda-mudi mereka memelukku karena sudah lama
tak berjumpa karena penyakitku. Aku
sangat senang dan aku pun berdoa meminta agar penyakitku disembuhkan. Setelah
selesai kebaktian aku pun pulang ternyata ibu sudah menunggu di teras rumah ibu
bertanya “ kamu dari mana nak ibu mencari-cari mu”. “ Aku dari gereja bu”
jawabku.
Pagi harinya aku melihat teman-teman ku pergi
ke sekolah aku sangat sedih dan waktu ibu melihatku, ibu menangis. Sore harinya
aku pergi kegereja dan digereja, kami kedatangan tamu dari luar kota untuk
berkhotbah dan aku diunjuk untuk memimpin doa aku pun senang bangat.
Tiba esok
harinya aku pun mulai aktif digereja dan aku merasa nyaman ibu pun tidak terlalu
bersedih lagi. Setiap sore aku pergi kegereja sendirian untuk mengikuti
kebaktian muda-mudi dan aku senang sekali karna aku sudah banyak yang
menghibur. Dan selesai kebaktian para muda-mudi mengurus acara natal yang akan
diselenggarakan satu bulan lagi. Aku pun terpilih sebagai bendahara natal. Setelah
itu aku pulang dari gereja, sesampai dirumah aku mengatakan nya pada ibu. Ibuku
pun marah “kenapa kamu mau, kamu kan sakit” samba menangis. Aku pun
menjawab,”ibu aku sudah sembuh kok dan aku sudah merasa Tuhan menjamah haitiku,
jadi ibu jangan panik yah”.
Natal
pun tiba aku sangat repot mengurus ini dan itu, aku mulai pusing dan wajahku
pucat. Aku pun memegang temanku dan mereka membawa aku keluar dan tiba diluar
aku langsung sembuh. “Terima kasih Tuhan”. Ibu pun datang untuk menghadiri
natal kami. Diwarnai dengan hiburan lainnya kami pun mempunyai hiburan drama
dan aku sebagai pemeran utamanya. Ibuku pun manangis sambil berpikir ‘ternyata
anakku mampu menunjukkan dirinya berbakat dan mempunyai mental yang kuat.
Setelah selesai
natal, ibuku memutuskan agar aku mengikuti sekolah. Dan itulah harapanku selama
ini, aku sangat senang. Akhirnya aku bisa mengalami hal yang lebih baik lagi.
Terima kasih Tuhan karena Engkau memberikan jalan terbaik bagiku. Dan setelah sebulan berlalu aku diajak ibu untuk tes penyakitku supaya tidak terganggu diksekolah karena disekolah aku sering pusing dan pingsan.
Dan keputusan dokter pun datang dan mengatakan bahwa aku sudah mengalami perubahan hidup ternyata kanker otak ku sudah punah. Aku pun sangat senang dan ibu pun bersyukur sekali atas hal ini.
Setelah sekian lama aku merasa sangat kecewa dan terganggu oleh karena kanker, tapi sekarang Tuhan telah menjamah hidup ku..
Terima kasih.
Terima kasih Tuhan karena Engkau memberikan jalan terbaik bagiku. Dan setelah sebulan berlalu aku diajak ibu untuk tes penyakitku supaya tidak terganggu diksekolah karena disekolah aku sering pusing dan pingsan.
Dan keputusan dokter pun datang dan mengatakan bahwa aku sudah mengalami perubahan hidup ternyata kanker otak ku sudah punah. Aku pun sangat senang dan ibu pun bersyukur sekali atas hal ini.
Setelah sekian lama aku merasa sangat kecewa dan terganggu oleh karena kanker, tapi sekarang Tuhan telah menjamah hidup ku..
Terima kasih.
Unsur
Intrinsik dan Unsur Ekstrinsik
·
Unsur Intrinsik
1.
Tema : Ibu yang selalu merasakan kesedihan
puteri nya nya.
2.
Latar/tempat : Dirumah, diteras, digereja.
-
Suasana : Sedih, hening, gembira.
-
Waktu : Pagi hari, sore, malam
3.
Alur : Alur maju
4.
Tokoh/Penokohan : Ibu, Maria, Lusy dan teman-teman
-
Ibu : Baik, selalu perhatian kepada anaknya
-
Maria : Rajin, mempunyai tekat untuk bangkit
-
Lusy : Baik, tidak egois.
5.
Sudut Pandang : Orang pertama
Karena sipengarang menggunakan kata aku
Menuliskan dirinya sebagai tokoh utama.
6.
Tendens : Tetaplah berjuang
untuk hidup.
7.
Amanat/pesan : Kalau ada diantara kita yang
sakit janganlah
Menyerah. Tetaplah berjuang dan semangat.
·
Unsur Ekstrinsik
1.
Nilai Moral : Perilaku dan tindakan
dalam tokoh cerpen,
Bermoral dan tidak melanggar hokum.
2.
Nilai Sosial : Didalam cerpen, digambarkan
adanya
Interaksi sosial dengan baik, saling tolong-
menolong.
3.
Nilai Budaya : Sebagai sesama manusia dalam
cerpen
tersebut, saling menghargai dan Memuji Tuhan.
Kata
Pengantar
Puji
dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang maha kuas atas berkatnya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Saya juga berterima kasih kepada ibu Rosita ginting yang telah memberikan tugas ini. Dengan tugas ini saya bisa lebih paham akan mengarang dan menentukan unsur-unsurnya meskipun hasilnya belum sempurna. Demikianlah saya ucapkan terima kasih.
Saya juga berterima kasih kepada ibu Rosita ginting yang telah memberikan tugas ini. Dengan tugas ini saya bisa lebih paham akan mengarang dan menentukan unsur-unsurnya meskipun hasilnya belum sempurna. Demikianlah saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya:
(Dewi
sartika Simanungkalit)
Komentar
Posting Komentar